Rabu, 19 Oktober 2011

HOMOSEKSUALITAS

Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, "Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu."

Homoseksualitas adalah salah satu dari tiga kategori utama orientasi seksual, bersama dengan biseksualitas dan heteroseksualitas, dalam kontinum heteroseksual-homoseksual. Konsensus ilmu-ilmu perilaku dan sosial dan juga profesi kesehatan dan kesehatan kejiwaan menyatakan bahwa homoseksualitas adalah aspek normal dalam orientasi seksual manusia.Homoseksualitas bukanlah penyakit kejiwaan dan bukan penyebab efek psikologis negatif; prasangka terhadap kaum biseksual dan homoseksual-lah yang menyebabkan efek semacam itu.Meskipun begitu banyak sekte-sekte agama dan organisasi "mantan-gay" serta beberapa asosiasi psikologi yang memandang bahwa kegiatan homoseksual adalah dosa atau kelainan. Bertentangan dengan pemahaman umum secara ilmiah, berbagai sekte dan organisasi ini kerap menggambarkan bahwa homoseksualitas merupakan "pilihan".

Istilah umum dalam homoseksualitas yang sering digunakan adalah lesbian untuk perempuan pecinta sesama jenis dan gay untuk pria pecinta sesama jenis, meskipun gay dapat merujuk pada laki-laki atau perempuan. Bagi para peneliti jumlah individu yang diidentifikasikan sebagai gay atau lesbian-dan perbandingan individu yang memiliki pengalaman seksual sesama jenis-sulit diperkirakan atas berbagai alasan.Dalam modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13% dari populasi manusia adalah homoseksual atau pernah melakukan hubungan sesama jenis dalam hidupnya.Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara anonim melaporkan memiliki perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta dalam penelitian ini menyatakan diri mereka sebagai homoseksual.Perilaku homoseksual juga banyak diamati pada hewan.

Banyak individu gay dan lesbian memiliki komitmen hubungan sesama jenis, meski hanya baru-baru ini terdapat sensus dan status hukum/politik yang mempermudah enumerasi dan keberadaan mereka.Hubungan ini setara dengan hubungan heteroseksual dalam hal-hal penting secara psikologis.Hubungan dan tindakan homoseksual telah dikagumi, serta dikutuk, sepanjang sejarah, tergantung pada bentuknya dan budaya tempat mereka didapati.Sejak akhir abad ke-19, telah ada gerakan menuju hak pengakuan keberadaan dan hak-hak legal bagi orang-orang homoseksual, yang mencakup hak untuk pernikahan dan kesatuan sipil, hak adopsi dan pengasuhan, hak kerja, hak untuk memberikan pelayanan militer, dan hak untuk mendapatkan jaminan sosial kesehatan.


Apa Itu Gay / Homo

Gay atau "Homo" adalah istilah untuk laki-laki yang memiliki kecenderungan seksual kepada sesama pria atau disebut juga pria yang mencintai pria baik secara fisik, seksual, emosional atau pun secara spiritual. Mereka juga rata-rata agak memedulikan penampilan, dan sangat memperhatikan apa-apa saja yang terjadi pada pasangannya. Biasanya mereka melakukan hubungan sesama jenis melalui seks oral atau seks anal. Hubungan melalui anal seks disebut juga sodomi.

Sejarah

Kata "gay" bermula di Inggris pada abad ke-12 dari Bahasa Perancis gai. Kata ini digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari serta sangat umum ditemukan dalam pidato dan karya literatur, arti sesungguhnya dari kata ini adalah "sukacita", "kebebasan", "bersinar". dan bergairah.


Gay? Kelainan Jiwa? Kelainan Genetika? Salah Asuh?

Banyak pendapat yang beredar di masyarakat dan kalangan intelektual yang saling merasa benar bahwa gay atau homoseksual atau secara definisi sederhana adalah orientasi seks sesama jenis ini adalah akibat kelainan jiwa, kelainan genetika yang telah tercatat di otak, atau akibat pola salah asuh misalnya seorang anak laki-laki dibesarkan dengan pola asuh seperti anak perempuan dibiarkan bermain dengan boneka bukan dengan mobil-mobilan seperti kebanyakan anak laki-laki umumnya. Penelitian dan hipotesis untuk menguak rahasia homoseksualitas inipun telah banyak dilakukan oleh para ahli, namun sampai sekarang belum ada satu jawabanpun yang memberikan kesimpulan yang bisa menjadi patokan umum. Lalu apakah penyebab seorang pria memutuskan dirinya untuk menjadi gay?

Keberadaan gay ini pun sudah mulai ada sejak jaman dahulu kala, tercatat pada kitab suci antara agama Islam dan Kristen yang menjelaskan sejarah Nabi Luth (Lot) berikut juga dengan cerita Sodom dan Gomorah dimana mengalami pertentangan yang cukup keras karena Tuhan mengutuknya. Bahkan kehadiran mereka pun tidak bisa dielakkan lagi, karena saat ini gay tidak selalu spesifik dengan sifatnya yang kemayu dimana dikenal oleh masyarakat sebagai banci,bencong, ataupun waria. Tidak bisa disangkal bila kehadiran gay berada diantara kehidupan masyarakat bahkan salah satu anggota keluarga Anda sekalipun, atau mungkin saja seorang gay menikah memiliki anak, siapa yang tahu?

Kaum gay seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya tidak harus selalu identik dengan pria yang bertingkahlaku kewanitaan, bahkan banyak sekali atau dominan kaum gay itu bersikap macho atau seperti laki-laki pada umumnya. Beberapa asosiasi perkumpulan dokter dari berbagai bidang di Amerika menyatakan mengenai penyebab seseorang menjadi gay sebagai berikut:

  • American Academy of Pediatrics, 2004

"Orientasi seksual bukanlah ditentukan oleh satu faktor saja melainkan beberapa diantaranya adalah: genetik, hormonal, dan lingkungan. Walaupun begitu, tidak ada bukti yang ilmiah mengenai masalah pola salah asuh orang tua, maupun tindakan traumatis seksual misalnya pemerkosaan dengan jalan sodomi yang menentukan seseorang menjadi gay"

  • American Psychological Association, American Psychiatric Association, dan National Association of Social Workers, 2006
"Saat ini tidak ada bukti yang ilmiah mengenai mengapa seseorang memilih untuk menjadi gay. Karena kebanyakan dari gay itu sendiri diasuh oleh orangtua yang memiliki orientasi seks hetero. Bahkan sedikit sekali anak yang berorientasi homo dari kedua orangtua gay"

  • Royal College of Psychiatrists, 2007

"Berdasarkan analisis psikologi dan spekulasi psikologi, tidak ada bukti yang ilmiah mengenai pola asuh orangtua maupun pengalaman semasa kecil ke arah orientasi seksual seseorang, dan menjadi homoseksual bukanlah suatu pilihan"

Dari teori-teori yang diungkapkan diatas, cukup kompleks bukan? Namun bisa disimpulkan sampai saat ini belum ada bukti nyata kenapa seseorang memilih untuk menjadi gay, bahkan penyebabnya sekalipun belum bisa ditentukan dengan baik. Banyak kaum gay yang menyatakan dirinya akibat 'trauma pernah diperkosa oleh sesama jenis' ataupun 'dididik seperti anak perempuan' tetapi hal itu sepenuhnya bukanlah penyebab dari pilihan orientasi seks mereka.

Keberadaan kaum ini memang masih menjadi kontroversi di masyarakat, di beberapa negara maju walaupun sudah diakui mengenai kebebasan mereka, tetap mereka masih mengalami stigma yang begitu tinggi di masyarakat, bahkan masih dianggap sebagai orang-orang kelas bawah. Padahal, di balik itu semua, mereka adalah golongan orang-orang dengan risiko tinggi dalam penyebaran IMS terutama HIV. Bahkan, ironinya HIV itu sendiri dikenal pertama kali di Amerika sebagai pada tahun 80 an sebagai GRID (Gay Related Immune Disease).

Yang paling penting terhadap keberadaan kaum gay bukanlah mencari penyebab kenapa dia harus menjadi seperti itu atau berusaha "menyembuhkannya" dengan metode-metode mistis ataupun religius ataupun sebagainya yang tidak masuk dalam kategori medis. Melainkan bagaimana menciptakan sebagai kaum yang bertanggungjawab kepada pasangan masing-masing sehingga angka kejadian penyakit IMS pun bisa ditekan.

Penulis sendiri menemui kesulitan ketika menghadapi pasien-pasien seperti ini, beberapa dari mereka ada yang sudah menikah dan terkena penyakit IMS, bahkan mereka sudah menularinya ke istri-istri mereka. Ironi bukan? Awalnya, selalu dimulai dengan "stigma" karena masalah mereka dipaksa nikah oleh orangtuanya, tetapi mereka tidak bisa menahan kebutuhan biologisnya kepada sesama sehingga mulailah terjadi seperti demikian.

Sekali lagi penulis menekankan, bahwa menjadi gay bukanlah suatu pilihan ataupun akibat faktor-faktor seperti lingkungan atau pola salah asuh, melainkan sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Untuk itu dihimbau bagi kaum ini untuk tetap sadar dan setia kepada pasangan masing-masing, dan bila saat ini memiliki perilaku promiskuitan (multi partner sex) ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke klinik-klinik khusus.

Homoseksualitas bukanlah sesuatu yang seharusnya disembuhkan atau dianggap sebagai suatu penyakit, melainkan ini adalah orientasi seksual masing-masing individu. Keberadaan mereka di masyarakat tidak bisa dielakkan begitu saja ataupun diberantas atas karena dasar bertentangan dengan agama maupun budaya. Stigma kepada kaum ini hanyalah membawa petaka kepada diri mereka maupun keluarganya. Bila saat ini Anda adalah seseorang dengan orientasi demikian, maka simaklah tips berikut ini:
1. Janganlah merasa bersalah ataupun sampai menyalahkan masa lalu yang Anda anggap menyebabkan Anda menjadi demikian.
2. Jangan melakukan hubungan seks kepada pasangan yang berbeda-beda, pilihlah pasangan tetap Anda.
3. Lakukan pemeriksaan kesehatan Anda kepada dokter yang memiliki keahlian dalam menanganai komunitas kaum gay.
4. Bila Anda hendak menikah, pastikan Anda tidak melakukan hubungan ke sesama tanpa pengaman yang memadai.
5. Menjadi gay bukan berarti harus hidup dalam stigma masyarakat, banyak sekali yang bisa hidup sukses seperti Elton John, Ricky Martin dan sebagainya.
6. Jadilah diri sendiri tidak perlu mencontoh kehidupan kaum komunitas gay di negara-negara maju dengan kebebasan yang liberal. Jangan rusak kebudayaan serta adat istiadat yang berlaku di Indonesia dengan kebudayaan barat.
7. Kaum gay mudah sekali menjadi depresi, bila perlu Anda berkonsultasi kepada psikiater yang akan melakukan terapi kepada Anda, perlu diingat kembali psikiater manapun tidak akan pernah bisa mengubah kembali orientasi seksual Anda!

Blogged with the Flock Browser

Tidak ada komentar: